LETTUCE/SELADA
Menurut ahli sejarah boga, salad sudah dinikmati sejak masa Romawi dan Yunani kuno, meski dengan cara yang sederhana. Kata ‘salad’ berasal dari ‘sal’, yakni garam, ‘dressing’ sederhana di masa lalu untuk santapan sayuran segar, dicampur minyak dan cuka. Dalam bahasa Latin, dikenal juga istilah ‘salata’, bermakna sesuatu yang asin. Seiring waktu, penyajian salad makin kompleks. Jenis sayuran dan racikan dressing pun makin beragam. Di antaranya yang melegenda adalah Caesar salad, Greeks salad, atau Waldorf salad. Bahan utama salad adalah aneka sayuran daun segar yang sering disamaratakan dengan sebutan daun selada. Padahal, tiap jenis daun selada punya nama dan karakter tersendiri.
TERMINOLOGI LETTUCE
Selada
memiliki nama latin Lactuca sativa, dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini biasa
ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Bangsa Yunani kuno
mempercayai kalau selada itu mengandung zat yang mempermudah tidur. Diktator
Kaisar Domintiantus (81-91M) menyiksa tamunya dengan memaksa mereka terjaga
setelah memberi selada pada awal pesta. Popularitas selada lalu berlanjut ke
zaman Romawi, dengan memanfaatkan zat gizi yang ada di dalam selada. Kaisar
Augustus Caesar membangun patung selada sebagai pujian karena telah
menyembuhkannya dari penyakit setelah memakannya. Dulu di Roma, biasanya mereka
memulai perjamuan dengan selada untuk meningkatkan nafsu makan. Selada pertama
kali diperkenalkan ke Amerika oleh Christopher Columbus ketika ia berlayar ke
‘blue ocean’ pada tahun 1492.
Jenis-jenis Lettuce :
ROMAINE LETTUCE
Nama Latin: Lactuca sativa var. longifolia
Sebutan ‘romaine’ lazim digunakan oleh masyarakat Amerika Utara. Sementara di belahan dunia barat lainnya, selada ini populer dengan nama cos lettuce. Dilansir bersumber dari kata ‘cos’, nama Pulau Cos/Kos di Yunani, tempat yang disebut-sebut menjadi asal selada ini. Sumber lain menyebutnya dari bahasa Arab ‘khus’ yang dipakai untuk menyebut selada. Selada yang kemudian dikenal oleh dunia barat melalui Roma ini lantas dikenal dengan sebutan romaine.
Banyak disukai karena teksturnya renyah, memberi sensasi segar, dan juicy. Lembaran daunnya panjang dan lebih kaku dibanding selada lainnya karena tulang daun yang sedikit tebal. Dulu, bagian cekung selada ini digunakan untuk menyendok tabbouleh oleh penduduk Syria.Warna daun lebih gelap di bagian luar dan biasanya memiliki sedikit rasa pahit. Begitu juga ujung daunnya. Bahan wajib dalam pembuatan Caesar salad.
Nama Latin: Lactuca sativa var. capitata
Termasuk dalam kelompok head lettuce (bentuk dan ukurannya seperti kepala). Bonggol daunnya tidak terlalu rapat. Dinamai butterhead karena daunnya bertekstur lembut dan terasa sedikit ‘manis’ dan gurih layaknya mentega. Lettuce jenis ini ada dua varian, yaitu hijau dan merah (Salanova red butterhead).
Cikal bakal butterhead lettuce ini berasal dari jenis lettuce lawas, yaitu silesia. Memiliki sebutan lain Boston lettuce atau Bibb lettuce untuk ukuran yang lebih kecil. Nama Bibb diperoleh dari nama seorang petani sayuran, Mayor John ‘Jack’ Bibb, yang telah membudidayakan lettuce jenis ini pada tahun 1800-an, di Kentucky, Amerika Serikat.
Nama Latin: Lactuca sativa L.
Nama ‘iceberg’ bermula pada awal abad ke-20, di mana orang belum mengenal lemari es sebagai sarana pengawetan makanan. Lettuce dalam jumlah besar diangkut menggunakan kereta api dari kebun ke kota untuk dijual. Agar tetap segar, bagian atas keranjang berisi lettuce ditutup dengan gunungan es batu. Tiap kali kereta memasuki stasiun, orang-orang akan berteriak, “Iceberg… iceberg!”
Memiliki rasa seperti susu, sesuai dengan nama Latinnya: lactuca, yang artinya cairan putih seperti lateks atau susu. Tekstur renyah dan juicy adalah sebab selada ini juga disebut crisphead lettuce.
Saat ini, selada iceberg paling lazim dijumpai di supermarket. Selain digunakan sebagai bahan salad, sering juga tampil dalam penyajian taco dan hamburger. Lembaran daunnya yang lebar sering dimanfaatkan untuk membungkus atau menggulung beef salad.
Nama Latin: Lactuca sativa crispa
Disebut looseleaf lettuce karena lembaran daunnya terlepas atau terbuka. Di Indonesia, lazim disebut selada keriting karena ujung daunnya bergelombang. Selada ini digunakan secara luas hampir di seluruh dapur mancanegara karena rasanya netral, segar, nyaris tanpa gangguan rasa pahit.
Sekitar 4500 tahun lalu, bangsa Mesir kuno mulai menanam selada ini dari bibit sejenis gulma atau tanaman liar. Sayuran ini juga disajikan di dapur pada zaman Yunani dan Romawi. Pada abad ke-16 dan ke-18, negara-negara di Eropa sudah mulai mengembangkan berbagai jenis selada ini. Menariknya, sebutan lain selada ini adalah Batavia lettuce. Namun, belum ada penjelasan mengapa selada ini dinamai dengan nama lawas ibu kota Jakarta itu.
Nama Latin: Lactuca sativa var. acephala
Semburat merah pada ujung daun selada yang mirip renda ini menjadi penanda yang cantik. Merupakan versi loose leaf lettuce yang berwarna merah. Digemari karena tekstur dan rasa daun selada klasik Italia ini lembut dan sedikit renyah. Sering digunakan dalam salad untuk memberikan presentasi yang menarik.
Banyak yang mengatakan selada ini berasal dari dataran Italia. Namun, ada juga dugaan bahwa lollo rosso pertama kali dibudidayakan oleh bangsa Mesir kuno. Selada ini dipercaya memiliki khasiat sebagai ‘obat’ sakit perut dan pembangkit libido (afrodisiak).
Nama Latin: Cichorium intybus
Helaian daunnya memiliki warna khas, semburat putih, kekuningan, hingga hijau pucat di ujungnya. Tampilan ini diperoleh dengan cara menghalangi chicory dari terpaan sinar matahari saat penanaman. Memiliki tekstur renyah dengan rasa segar sedikit pahit. Rasa yang sedikit mild ada pada daunnya yang berwarna kekuningan.
Sayuran ini telah dibudidayakan sejak zaman Mesir kuno. Sementara, seorang penyair Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Augustus, Horace, mengakui bahwa chicory menjadi makanan sehari-hari. Dikatakan, “Me pascunt olivae, me cichorea, me malvae,” yang artinya, “Untukku, zaitun, chicory, dan malva (sejenis herba - red), menyediakan cukup rezeki/makanan.”
Nama Latin: Cichorium endivia
Jika dilepas satu per satu, kelopak daunnya berbentuk oval mirip mangkuk. Karena itu, sering dipakai sebagai wadah untuk penyajian salad yang sekaligus bisa dimakan. Teksturnya lembut seperti satin dengan sedikit sentuhan rasa pahit.
Endive yang juga disebut Belgian endive ini tak sengaja ditemukan pada tahun 1830. Kisahnya berawal saat Jan Lammers, seorang petani di Brussel, yang menyimpan akar endive di ruang bawah tanah. Ia ingin mengeringkan dan menyangrainya kelak sebagai pengganti kopi (ini lazim dilakukan pada abad ke-19 di Eropa). Tak dinyana, akar yang beristirahat dalam gelap selama berbulan-bulan telah tumbuh menjadi daun putih. Lammers mencicipi dan menyukai tekstur endive yang renyah dan lembut. Selanjutnya, tahun 1870-an pamor endive makin populer hingga ke Paris dan dijuluki sebagai ‘emas putih’.
Nama Latin: Eruca sativa, Eruca vesicaria subsp. sativa, Brassica eruca L.
Memiliki banyak nama alias, yakni salad rocket, garden rocket, rucola, rucoli, rugula, colewort, roquette. Bersifat aromatik, bertekstur renyah. Saat dikunyah, terasa sedikit tajam di lidah seperti perpaduan merica dan mustard. Terdeteksi sentuhan rasa gurih kacang yang lembut. Pilih daun arugula yang masih muda, sebab daun yang tua terasa lebih pahit.
Tersebar luas di daratan Mediterania. Mulai dari Maroko hingga Portugal di Mediterania bagian barat, hingga Syria, Lebanon, dan Turki di Mediterania bagian timur. Karena dipercaya mempunyai khasiat afrodisiak oleh bangsa Romawi, maka aruguladilarang disajikan di biara-biara pada abad pertengahan. Di Teluk Naples, tepatnya di Pulau Ischia, arugula diolah menjadi minuman keras yang dikenal sebagai rucolino.
Nama Latin: Brassica rapa nipposinica, Brassica juncea var. japonica
Memiliki rasa pedas samar-samar dengan sensasi earthy yang lembut. Telah dibudidayakan berabad lalu di Jepang dan sebagian wilayah Asia lainnya. Di dapur Jepang, mizuna (yang bermakna air atau sayuran berair) dikenal sebagai daun kyonadari Kyoto, ibu kota kerajaan Jepang kuno. Ada juga yang menyebutnya shui cai, spider mustard, Japanese mustard, Japanese greens, potherb mustard, dan California peppergrass.
Daunnya menjari dengan ujung-ujung yang meruncing. Tampilannya yang cantik membuatnya sering digunakan sebagai dekorasi pada masakan. Selain untuk campuran bahan salad, mizuna dipakai juga untuk membuat tumisan atau sup, seperti nabemono, hot pot khas Jepang. Tak jarang sayuran ini diiris kasar, ditaburi sedikit garam, lalu dicampurkan ke dalam nasi hangat.
Nama Latin: Nasturtium officianale
Watercress atau cress, dikenal sebagai selada air. Tanaman akuatik atau semi-akuatik yang hidup di dalam air. Cita rasanya segar, namun sedikit pahit. Makin ke bawah, tekstur batangnya makin berserat.
Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, selada air dikenal memiliki reputasi baik sebagai tanaman obat. Bahkan, Hippocrates, Bapak Kedokteran Modern, mendirikan rumah sakit pertamanya di Pulau Kos, dekat dengan aliran sungai untuk memastikan bahwa selada air segar cukup tersedia untuk mengobati pasien. Pada tahun 1700-an, Nicholas Culpeper (penulis buku Culpeper's Herbal) memercayai bahwa selada air mampu membantu membersihkan darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar